Pelopor.id | Jakarta – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) melalui Asisten Deputi Bidang Infrastruktur Dasar Perkotaan dan Sumber Daya Air Kemenko Marves kembali melaksanakan koordinasi dan kunjungan kerja untuk meninjau infrastruktur dan bangunan pantai di Brebes, Jawa Tengah, Rabu (8-9-2021).
“Kami dari Kemenko Marves ingin mendengar progresnya, apa saja yang sudah dilakukan dan kendala yang terjadi di lapangan. Sehingga bila terdapat permasalahan yang sifatnya lintas institusi, kami nantinya akan mengoordinasikan dengan pihak-pihak terkait,” tutur Kepala Bidang Infrastruktur Sumber Daya Air dan Pantai, Suraji saat melakukan rapat koordinasi di Kantor Bapperlitbangda Brebes, Jawa Tengah.
“Yang tidak bisa ditawar terjadinya pak ini terkait perubahan alam dan iklim meliputi abrasi dan akresi. Nah ini menyebabkan perubahan pada garis pantai.”
Menanggapi hal ini, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapperlitbangda) Kabupaten Brebes, Edy Kusmartono melaporkan kondisi dilapangan.
Menurutnya, kawasan pesisir Brebes berdasarkan tingkat kerentanan yang menunjukan tingkat kerentanan yang paling tinggi yaitu berada di wilayah Kecamatan Losari dan Kecamatan Brebes.
“Ini adalah kondisi eksisting saat ini yang tingkat abrasinya tinggi Pak,” ungkap Edy
Edy mengungkapkan, rencana yang akan dilakukan untuk pengembangan kawasan pesisir Brebes di antaranya pembangun pelabuhan pengumpan (lokal maupun regional), pembangunan pelabuhan perikanan, pembangunan kawasan ekonomi mangrove, Kawasan Pendukung Industri (KPI), dan Kawasan Industri Brebes (KIB).
“Untuk yang terakhir, mengenai KIB harapannya semakin menipis kami sudah lebih 24 kali membahas dalam pertemuan namun belum ada kejelasan tindaklanjutnya,” tegasnya.
Selanjutnya Edy menegaskan, dalam pengembangan kawasan pesisir ada permasalahan lingkungan yang terjadi seperti perubahan alam dan perubahan iklim, serta dari aktifitas manusia.
“Yang tidak bisa ditawar terjadinya pak ini terkait perubahan alam dan iklim meliputi abrasi dan akresi. Nah ini menyebabkan perubahan pada garis pantai,” ucapnya.
Untuk permasalahan yang ditimbulkan dari aktifitas manusia, seperti penurunan permukaan tanah. Dampak yang sering dirasakan adalah musibah banjir rob yang kini sering terjadi.
“Jadi semula ditahun sebelumnya banjir rob terjadi 2 kali setahun, namun sekarang bisa 4 hingga 6 kali. Rob nya juga cukup tinggi. Dan surutnya juga lama bisa sampai 3 hari baru surut,” sebutnya.
Mendengar hasil laporan tersebut dan untuk melihat kondisi di lapangan, Tim Kemenko Marves mengunjungi Desa Randusanga, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes. Di sana terlihat kondisi setelah banjir rob surut, jalan desa masih tergenang, belum lagi ratusan hektar tambak warga rusak karena terendam.
Melihat hal ini, Suraji mengatakan semua pihak yang terkait seperti KKP, PUPR, KLHK, dan yang lain perlu lebih bersinergi untuk menyelesaikan permasalahan ini. selanjutnya, Pemkab dapat membentuk Tim Terpadu untuk Koordinasi Pengamanan Pesisir Brebes.
“Semua pihak harus lebih bersinergi, kerja bersama-sama untuk menyelesaikannya. Intinya kawasan yang telah diprioritaskan untuk pembangunan nasional, harus terus dilaksanakan untuk membangkitkan ekonomi masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan,” kata Suraji.
Sebelumnya, Tim Kemenko Marves juga mendatangi Desa Mangrove Pandansari, Kaliwlingi, dimana masyarakatnya bangkit dari bencana abrasi dan membangun kembali wilayah dan lingkungan tempat tinggalnya dengan mengamankan pesisir kawasan pantai dengan penanaman mangrove. Selain mangrove, pengamanan pantainya juga dilakukan dengan karung geotekstil memanjang.
Desa Kaliwlingi kini menjadi desa percontohan dengan ekosistem mangrove yang tumbuh subur, bahkan telah berkembang sebagai kawasan wisata yang menggerakan ekonomi masyarakat.
Kisah ini pun diangkat dalam film seri ‘Mangi-Mangi’. Film yang memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait pentingnya ekosistem mangrove. []