Pelopor.id | Jakarta – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) meminta kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dari Menteri yang dinilai tidak serius dalam melaksanakan tugasnya.
Pernyataan ini, terkait kebocoran data pribadi yang diduga berasal dari data aplikasi Elektronic Health Alert Card (e-HAC) dan aplikasi PeduliLindungi yang dirancang oleh Kementerian BUMN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kominfo, dan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dengan tujuan untuk mengontrol laju pandemi Covid-19.
“Jika ada kesalahan pengelolaan dan kebijakan di dalam kementerian, yang dirugikan adalah seluruh rakyat Indonesia. Tolong Pak Jokowi, selamatkan rakyat Indonesia dari Menteri yang tidak serius bekerja.”
Menurut perkiraan, ada sekitar 1,3 juta data pengguna aplikasi e-HAC yang bocor. Data tersebut antara lain nama, alamat rumah, nomor ID, dan rumah sakit tempat melakukan tes Covid-19. Yang paling menghebohkan, data vaksin Presiden Joko Widodo termasuk di dalam data yang bocor ke publik.
“Ketua Tim Pelaksana KPCPEN Erick Thohir yang juga merupakan Menteri BUMN dan Menteri Kesehatan (Budi Gunadi Sadikin ) paling bertanggungjawab atas kebocoran data ini. Sayangnya sampai saat ini tidak ada ucapan maaf dari kedua Menteri ini,” tutur Sekretaris Umum Pengurus Pusat GMKI, Michael Anggi dalam keterangan tertulis di Jakarta, 7 September 2021.
Oleh sebab itu, GMKI meminta kepada Presiden Jokowi untuk mengevaluasi kinerja Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
“Memimpin Kementerian tidak bisa disamakan dengan memimpin perusahaan. Jika ada kesalahan pengelolaan ataupun kebijakan di dalam perusahaan, yang rugi hanya perusahaan tersebut dan mungkin mitra-mitranya,” tandas Anggi.
“Namun jika ada kesalahan pengelolaan dan kebijakan di dalam kementerian, yang dirugikan adalah seluruh rakyat Indonesia. Tolong Pak Jokowi, selamatkan rakyat Indonesia dari Menteri yang tidak serius bekerja,” sambungnya.
GMKI menyampaikan, bahwa kebocoran data e-HAC dan PeduliLindungi ini dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
“Selama berbulan-bulan penanganan Covid-19, Presiden Jokowi dan jajarannya telah berupaya keras membangun kepercayaan rakyat terhadap kebijakan Pemerintah. Berdasarkan data, terlihat ada peningkatan penggunaan vaksin dan menurunnya kasus Covid-19 di berbagai daerah. Jangan sampai karena kebocoran data ini, semua upaya Pemerintah menjadi sia-sia,” tegas Anggi.
Menurut Michael Anggi, persoalan keamanan dan kerahasiaan data pribadi adalah hal yang krusial dan sensitif. Kebocoran data dapat membahayakan privasi masyarakat.
- Baca juga : GMKI Harap Penyerangan TNI di Papua Tak Ganggu PON XX
- Baca juga : GMKI: Banjir Palembang Akibat Drainase dan Pengolahan Sampah Buruk
“Data vaksin Presiden Jokowi saja bisa bocor, apalagi data pribadi masyarakat Indonesia, ini sangat menghawatirkan. Seharusnya Erick Thohir dan Budi Gunadi Sadikin berjiwa besar dengan meminta maaf kepada Presiden dan publik, bukan justru bersembunyi dan melemparkan tanggung jawab kepada kementerian lain,” ungkap Anggi.
Sementara pasca kebocoran data, antara Kementerian Kominfo dan Kemenkes saling melempar tanggung jawab terkait siapa yang bertanggungjawab atas kebocoran data tersebut.
“Saya heran, kok bisa kedua kementerian ini saling lempar tanggung jawab perihal kebocoran data ini, memangnya mereka tidak saling berkoordinasi. Seharusnya terkait koordinasi lintas kementerian ini menjadi tugas dari Erick Thohir sebagai Ketua Tim Pelaksana KPCPEN. Terlihat sekali beliau belum mampu mengkoordinasikan berbagai kementerian dan lembaga dalam penanganan Covid-19,” sebut Anggi. []