Peloporr.id | Jakarta – Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) khususnya teknologi informasi (IT), para pendakwah atau yang kerap disebut dai memiliki berbagai macam tantangan. Salah satunya yaitu berperang melawan konflik di dunia maya atau internet.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, para dai memiliki peranan penting dalam mewujudkan perdamaian bangsa. Namun untuk itu, dai harus proaktif terhadap perubahan yang terjadi termasuk dalam konsep berdakwah.
“Primum manducare, diende philosophari”. Artinya kenyangi perut dulu baru berpikir, kenyangi dulu perutmu baru berdakwah. “Jangan sampai berdakwah dalam keadaan lapar. Karena orang yang lapar isi dakwahnya akan penuh dengan kemarahan.’’
Hal ini, diungkapkan Menko PMK saat menjadi narasumber Peluncuran 1.000 Dai Agen Perdamaian Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Muhammadiyah Jawa Timur secara virtual, Sabtu, 4 September 2021.
“Seiring perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) terutama teknologi informasi, medan dakwah kita semakin kompleks dan terjal. Tentu saja banyak piranti atau bekal yang diperlukan, salah satu yang harus dikuasai oleh mubaligh era sekarang adalah penguasaan dalam bidang IT,” tutur Muhadjir Effendy.
Adapun peluncuran1.000 Dai Agen Perdamaian Muhammadiyah dilatarbelakangi oleh 10 sifat kepribadian Muhammadiyah khususnya dalam poin satu yang berbunyi “Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan”.
Dimana, para dai ini akan mendapat pembinaan untuk berdakwah dengan tema tema kekinian dengan misi perdamaian rahmatan lil alamiin.
Antusiasme para dai mengikuti acara ini melampaui target. Terdaftar 1.907 dai dari seluruh Indonesia serta wakil Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia, Thailand, Hongaria, dan Amerika Serikat. Acara ini juga dihadiri Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Muhadjir Effendy juga mengungkap bahwa medan dakwah yang sekarang ini tidak kalah rumit yang harus dihadapi oleh para dai adalah medan virtual atau dunia maya. Menurutnya, yang namanya konflik saat ini lebih bersifat asimetris.
“Sekarang untuk berkonflik bukan lagi menghitung kekuatan-kekuatan yang sifatnya fisikal tetapi justru kekuatan-kekuatan yang berbasis pengetahuan, berbasis teknologi terutama teknologi IT. Dengan fenomena industri 4.0, itu mutlak harus dikuasai oleh pada dai-dai Muhammadiyah,” ungkapnya dalam acara virtual itu.
Menurutnya, piranti IT yang harus dikuasai oleh para dai antara lain tentang virtual reality, kemampuan memperagakan reality dan mengoperasikan internet, serta harus mampu memproduksi konten-konten di berbagai platform media sosial dan media online.
Berinfak dengan Kuasai Bisnis
Terlebih, kata Menko PMK, yang harus dipahami ialah banyaknya musuh-musuh yang harus diperangi dalam mewujudkan perdamaian melalui dunia maya. Lawan yang paling berbahaya misalnya seperti ujaran kebencian, hasutan, hingga caci maki, dan pembunuhan karakter.
“Hal-hal inilah yang tentu saja harus dimiliki oleh semua dai, bukan hanya dai Muhammadiyah khususnya dai yang akan fokus pada dakwah perdamaian,” tandas mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.
Namun di samping itu, para dai juga harus memiliki karakter seperti rendah hati, tidak meladeni orang-orang jahil yang dapat membunuh karakter terutama dengan fenomena media sosial yang sangat ganas.
- Baca juga : Muhadjir Effendy: 57% Kasus TBC Belum Teridentifikasi
- Baca juga : Muhadjir Effendy: Pengentasan Kemiskinan Ekstrem Tak Cukup dengan Bansos
Dalam hal ini, Muhajir mengutip al-Quran surat al-Furqon ayat 63 yang artinya ‘’Hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang yang bodoh mengejek, mereka menjawab dengan salam.’’
Ia juga mengajak penguatan spiritual dengan bermunajat di malam hari untuk mendapatkan kekuatan dari Allah SWT.
“Yang terakhir yaitu berinfak. Tapi sebelum itu, saya minta dai-dai Muhammadiyah harus menguasai berbagai macam bisnis. Jadilah dai Muhammadiyah yang memiliki usaha-usaha mandiri yang sekarang sudah berkembang sedemikian rupa untuk menjadi start up yang bisa digunakan untuk menjadi sumber penghasilan,” tandasnya.
Di akhir paparannya, dia menyampaikan pepatah Yunani, “Primum manducare, diende philosophari”. Artinya kenyangi perut dulu baru berpikir, kenyangi dulu perutmu baru berdakwah. “Jangan sampai berdakwah dalam keadaan lapar. Karena orang yang lapar isi dakwahnya akan penuh dengan kemarahan,’’ pesan Menko PMK. []