Pelopor.id | Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkapkan, kasus tuberkulosis atau TBC di Indonesia seperti fenomena gunung es. Menurutnya, perkiraan kasus TBC di Indonesia saat ini berkisar 845.000 kasus. Sementara, sekitar 57 persen kasus TBC lainnya di Indonesia belum teridentifikasi.
“TBC ini gejalanya mirip Covid-19 ada yang orang tanpa gejala (OTG) dan bergejala.”
“Ini merupakan fenomena gunung es. Kalau salah satu keluarga kena TBC, itu kemungkinan bisa keluarga sekitarnya juga terinfeksi TBC,” tuturnya saat meninjau pelaksanaan kegiatan screening TBC di balai RW 17, Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (3/9/2021).
“Dan TBC ini gejalanya mirip Covid-19 ada yang orang tanpa gejala (OTG) dan bergejala. Karena itu dengan adanya tracing ini kita bisa lebih tahu persis karena bisa termasuk mereka yang bergejala atau tidak,” sambungnya.
Untuk memecahkan kasus gunung es yang tidak terdeteksi itu, skrining dan pelacakan kasus TBC menjadi sangat penting untuk dilakukan. Seperti yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Tim Zero TBC Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pihak Pemkot Yogyakarta bersama dengan Zero TBC UGM, diketahui telah melakukan layanan mobile screening untuk mendeteksi kasus-kasus TBC di wilayah Kota Yogyakarta.
Layanan mobile screening ini pun diketahui menjadi yang pertama di Indonesia yang melakukan skrining keliling di wilayah-wilayah kecamatan dengan angka kasus TBC yang cukup tinggi di Kota Yogyakarta.
Menko PMK mengapresiasi inovasi untuk melacak penyakit TBC secara aktif atau jemput bola yang dilakukan Pemkot Yogyakarta. Menurutnya, pelaksanaan skrining kasus ini sangat bagus dan bisa menjadi model dalam penanganan TBC di wilayah-wilayah lain di Indonesia.
“Saya sangat mengapresiasi pemerintah Kota Yogyakarta yang telah menginisasi kegiatan penemuan kasus secara aktif dan pelacakan kontak erat TBC di Kota Yogyakarta. Nanti akan saya kaji kalau memang sangat visible bisa didiseminasi, artinya bisa digunakan untuk wilayah-wilayah yang lain,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menko Muhadjir juga menyempatkan untuk menjajal layanan skrining TBC. Dia mengecek kondisi paru-parunya dengan mobil x-ray yang disediakan. Hasilnya kondisi paru-parunya tidak terdapat masalah kesehatan.
- Baca juga : Muhadjir Effendy: Pengentasan Kemiskinan Ekstrem Tak Cukup dengan Bansos
- Baca juga : Menko PMK Muhadjir Effendy Jelaskan Kenapa Kebijakan Pemerintah Selalu Berubah
Muhadjir memuji pelayanan mobile screening tersebut. Dia mengatakan, pelayanannya sangat cepat, praktis, dan telah menggunakan teknologi canggih seperti virtual reality, dan artificial inteligence.
“Ketika saya diperiksa di dalam mobil ternyata monitor yang di luar dipegang dokter sudah bisa tahu kondisi saya. Sehingga ketika saya turun dari mobil saya langsung bisa tahu kondisi paru-paru saya. Ini suatu hal yang sangat praktis dan saya kira biayanya jauh lebih murah dibanding rontgen konvensional,” ungkapnya memuji.
Selanjutnya Menko Muhadjir akan memerintahkan pihak Kementerian Kesehatan untuk mengkaji inovasi tersebut untuk bisa mereplikasi dan menjadikan program pengentasan TBC di Indonesia sesuai dengan Perpres No. 67 Tahun 2021 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. []