Sejarah Perayaan Tradisi Hari Bacang (Bakcang)

- Editor

Senin, 14 Juni 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Bakcang. (Foto:Pelopor/Padmanews)

Ilustrasi Bakcang. (Foto:Pelopor/Padmanews)

Pelopor.id | Jakarta – Ba Chuan atau biasa disebut Peh Cun adalah salah satu tradisi etnis Tionghoa, yang jatuh pada tanggal 5 bulan 5 kalender Lunar. Tradisi ini juga biasa disebut dengan hari Bacang atau Bakcang, yang biasanya dirayakan dengan festival makan bakcang dan balap perahu naga. Tahun ini, hari Bakcang jatuh pada tanggal 14 Juni 2021. 

Tidak hanya etnis Tionghoa yang merayakan hari bacang, Google pun turut memeriahkannya. Coba Anda ketik ‘peh cun’ di kolom pencarian Google, lalu akan muncul gambar pernak-pernik bacang dan naga dengan warna yang cerah dan meriah.

 

Ilustrasi Bacang. (Foto:Pelopor/Bumbu Ibunda)

 

Di belahan dunia bagian barat, festival hari bacang juga dikenal sebagai Festival Perahu Naga atau Festival Dumpling. Ada juga yang menyebut Double Kelima Festival karena diadakan pada hari 5 dan bulan 5 kalender lunar. Selain itu, hari Bacang juga dikenal dengan sebutan Festival Extreme Yang, karena berdasarkan metafisika China, hari Bacang adalah hari ketika energi yang keluar adalah energi terkuat. Lantas, bagaimana sejarah hari Bacang? Ada beberapa kisah di balik hari Bacang. 

Baca juga: Profil Che Guevara, Tokoh Revolusi sekaligus Simbol Pemberontakan

Hari Bacang dilatarbelakangi dengan sejarah tokoh bernama Qu Yuan, sarjana patriotik dan menteri di negara Chu, yang pandai bekerjasama secara diplomatik dengan kerajaan lain demi melawan agresi negara Qin. Hal ini membuat dirinya disukai oleh banyak kalangan. 

Suatu hari, ia difitnah telah melakukan korupsi dan dibuang ke pengasingan pada tahun 278 SM. Saat diasingkan, ia mendengar bahwa pasukan Qin menyerbu Ying, ibukota negara Chu. Ia kemudian menulis puisi untuk Ying, lalu menenggelamkan diri di Sungai Miluo.

Ritual bunuh diri itu dilakukan untuk memprotes korupsi yang menyebabkan jatuhnya negara Chu. Banyak penduduk desa yang pergi mencari tubuhnya di sungai menggunakan perahu, sambil menggebuh drum untuk menakuti ikan dan roh jahat agar tubuh Qu Yuan tidak diganggu.

Baca Juga :   Menteri ATR/BPN Dengar Langsung Curhat Masyarakat Soal Sengketa Tanah

Mereka juga melempar bungkus beras ke dalam sungai, sebagai persembahan untuk roh Qu Yuan. Inilah awal mula munculnya tradisi makan kue beras dan balap perahu naga muncul. Bacang melambangkan nasi atau beras bungkus yang dilempar ke sungai. Bacang dibungkus dengan daun membentuk runcing seperti tanduk sapi, di mana keempat sisinya melambangkan arti dan harapan baik.

Baca juga: Hari Donor Darah Sedunia Diperingati Setiap 14 Juni, Begini Asal Mulanya

Kisah lainnya adalah Qu Yuan atau Kut Goan, nama yang dikenal oleh peranakan keturunan Hokkian di Indonesia, adalah penasihat kaisar kerajaan Chu. Ia menasihati raja Chu agar bergabung dengan 5 kerajaan lain untuk menghadapi kerajaan Qin. Namun, raja tidak menuruti nasihat Qu Yuan, bahkan menyingkirkan penasihatnya itu. 

Selama pengasingannya, Qu Yuan sangat sedih hingga berakhir bunuh diri di sungai Miluo pada bulan 5 tanggal 5. Kemudian, penduduk yang bersimpati kepada Qu Yuan beramai-ramai mencari jenazahnya di sungai dengan menggunakan banyak perahu, tetapi tidak menemukannya.

Karena khawatir jasad Qu Yuan dimakan ikan, udang, dan hewan lainnya, maka mereka memberi makan hewan air tersebut dengan bacang. Versi cerita lain mengatakan bahwa bacang yang dibungkus dengan daun bambu yang berbulu halus dan memiliki sudut-sudut lancip untuk mencegah hewan air memakan bacang yang akan diberikan kepada Qu Yuan. []

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Andi Amran Copot Anak Buah Yang Terima Fee Proyek
Bernadya Raih Prestasi Baru di Spotify Indonesia
Lomba Desa Wisata Nusantara dan Lomba Literasi Budaya Desa Tahun 2024
Gandeng Damkar Bantaeng, Huadi Group Gelar Latihan Tanggap Darurat
Didukung Huadi Group dan Pemda Bantaeng, Taekwondo Optimis Raih Medali
AHY di WWF 2024: Masyarakat Dunia Harus Atasi Kelangkaan Lahan dan Air
Warga Bantaeng Akui Gerak Cepat Huadi Group dan Kodim 1410 Lewat Program RTLH
Huadi Group Berbagi Berkah Tiap Jumat, Jemaah Masjid: Alhamdulillah

Berita Terkait

Selasa, 14 Januari 2025 - 21:58 WIB

Besar Pajak Daripada Tiang, Single Respons Rachun buat Kebijakan Pemerintah

Selasa, 14 Januari 2025 - 21:34 WIB

Usung Konsep Rock Futuristik, HAGE Rudolf Perkenalkan Mini Album Pseudo-symmetry

Selasa, 14 Januari 2025 - 18:23 WIB

Main-Main di Cipete, Program Musik Mingguan Musisi Baru

Kamis, 9 Januari 2025 - 16:29 WIB

Promotor Konser The Script Hadirkan Kategori Tiket Baru

Kamis, 9 Januari 2025 - 16:02 WIB

Legenda Disko Dunia, Boney M Siap Konser di Jakarta

Rabu, 8 Januari 2025 - 12:55 WIB

Twisted Blues, Mini Album Kolaborasi Anov Blues One, Asora, dan Reza Arfandy Dirilis

Kamis, 19 Desember 2024 - 09:17 WIB

Unit Pop Asal Kolaka, Mr. Zaqilah Sambangi Program Main-Main di Cipete

Jumat, 13 Desember 2024 - 16:35 WIB

Grup Band Indie, THBND Rilis Lagu Tiada Lagi

Berita Terbaru

Wartawan musik, Enodimedjo. (Foto: Istimewa)

Musik

Main-Main di Cipete, Program Musik Mingguan Musisi Baru

Selasa, 14 Jan 2025 - 18:23 WIB

Poster konser The Script di Indonesia. (Foto: Istimewa)

Musik

Promotor Konser The Script Hadirkan Kategori Tiket Baru

Kamis, 9 Jan 2025 - 16:29 WIB

Suasana konferensi pers konser Boney M di Jakarta. (Foto: Istimewa)

Musik

Legenda Disko Dunia, Boney M Siap Konser di Jakarta

Kamis, 9 Jan 2025 - 16:02 WIB