Jakarta – Raksasa e-commerce Amerika Serikat, Amazon, bakal membayar hingga US$ 4.000 (sekitar Rp 58 juta) pertahun untuk biaya perjalanan berbagai perawatan medis karyawannya yang tidak mengancam jiwa, termasuk aborsi elektif.
Keterangan ini, diketahui melalui sebuah pesan Amazon kepada stafnya yang dilansir dari BBC, Selasa, (03/05/2022). Manfaat baru Amazon itu, berlaku surut mulai 1 Januari.
Menurut pengumuman tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters, manfaat baru akan berlaku untuk perawatan yang tidak tersedia dalam radius 100 mil (161 km) dari rumah karyawan dan yang tidak tersedia opsi virtual.
Seorang juru bicara Amazon mengkonfirmasi perluasan manfaat kepada BBC dan mengatakan itu juga mencakup perawatan bariatrik, onkologi, anomali kongenital dari dalam 24 bulan setelah kelahiran, perawatan kesehatan mental dan layanan gangguan penyalahgunaan zat rawat inap.
Amazon sendiri, merupakan salah satu perusahaan pemberi kerja sektor swasta terbesar di AS, dengan 1,1 juta pekerja penuh dan paruh waktu di negara tersebut.
Mereka, mempekerjakan orang di seluruh negeri, dengan sebagian besar pekerja di California, Texas, dan negara bagian Washington, rumah bagi kantor pusat globalnya.
Tunjangan akan tersedia untuk semua karyawan yang terdaftar dalam dua rencana kesehatan berbeda yang ditawarkan oleh perusahaan, termasuk mereka yang bekerja di kantor atau di gudang.
Selain itu, Amazon juga menawarkan hingga US$10.000 (sekitar Rp.145,8 juta) untuk masalah medis yang mendesak dan mengancam jiwa.
Sementara perluasan manfaat oleh Amazon, tidak ditujukan secara khusus untuk memungkinkan akses aborsi, itu terjadi pada saat beberapa pemerintah negara bagian Republik telah mengeluarkan undang-undang yang membatasi akses aborsi di yurisdiksi mereka.

Adapun Mahkamah Agung yang berhaluan konservatif, bulan depan akan memutuskan kasus yang dapat membatalkan Roe v Wade, putusan pengadilan tahun 1973 yang melegalkan aborsi di AS.
Jika undang-undang tersebut dibatalkan, setiap negara bagian AS dapat diizinkan untuk menentukan aturan aborsinya sendiri, dengan lebih dari 20 negara bagian diperkirakan akan membatasi perawatan aborsi atau bahkan melarang aborsi dalam banyak kasus secara bersamaan.
Texas sendiri merupakan wilayah yang memiliki salah satu undang-undang aborsi paling ketat di AS dan melarang prosedur tersebut setelah enam minggu kehamilan.
Sebuah penelitian baru -baru ini menemukan bahwa sekitar 1.400 orang Texas bepergian ke luar negara bagian untuk melakukan aborsi setiap bulan.
Sementara perusahaan termasuk Yelp dan Citigroup, baru-baru ini mengatakan mereka akan mengganti biaya karyawan yang bepergian untuk menghindari pembatasan aborsi lokal.
Citigroup menyebut, kebijakan itu “sebagai tanggapan terhadap perubahan undang-undang perawatan kesehatan reproduksi di negara bagian tertentu”. []
Sumber BBC