Pelopor.id | Jakarta – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim kembali menegaskan potensi memudarnya capaian belajar (learning loss) dan memburuknya kesehatan psikis anak-anak Indonesia akan semakin besar jika pembelajaran jarak jauh (PJJ) terus berlangsung.
“Banyak anak-anak kita yang kesepian dan trauma dengan situasi ini. Begitu juga dengan orang tuanya.”
Untuk itu, pemerintah terus mendorong terselenggaranya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat dan strategi pengendalian COVID-19 di sekolah.
“[Anak-anak] kemungkinan besar kehilangan antara 0,8 sampai 1,2 tahun pembelajaran. Jadi seolah-olah satu generasi kehilangan hampir setahun pembelajaran di masa ini,” tutur Nadiem, dikutip dari laman Kemendikbudristek, Rabu, 29 September 2021.
Nadiem menambahkan, banyak anak-anak yang terdampak kesehatan jiwanya akibat pandemi.
“Banyak anak-anak kita yang kesepian dan trauma dengan situasi ini. Begitu juga dengan orang tuanya,” ungkapnya.
Mendikbudristek memaparkan, sejak 2020 pihaknya terus melakukan advokasi ke berbagai daerah yang telah dapat menggelar PTM terbatas untuk segera menyelenggarakan dengan persiapan yang matang dan sistem pengendalian yang baik.
“Sudah 40 persen sekolah mulai tatap muka terbatas, tapi ini angkanya masih kecil. Kalau tidak mau makin ketinggalan, kita harus tatap muka dengan protokol kesehatan teraman yang bisa dilakukan,” sebutnya.
- Baca juga : Bantuan Kuota Data Internet Disalurkan ke 24,4 Juta Peserta Didik dan Pendidik
- Baca juga : Nadiem Berencana Renovasi Ruang Kerja Rp5 Miliar, Pengamat: Seharusnya Tolak Anggaran yang Tidak Urgent
Nadiem menyampaikan bahwa sekolah wajib memahami dan menaati panduan PTM terbatas yang tertuang di dalam Keputusan Bersama (SKB) Mendikbud, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019.
“Kita harus terus waspada akan penyebaran COVID-19 dan memastikan protokol kesehatan tetap terjaga. Namun, kita juga harus memerhatikan dampak permanen PJJ yang mengkhawatirkan. Kebutuhan PTM sangat besar dan ini harus dimengerti. Sebanyak 80-85 persen murid-murid ingin kembali ke sekolah kembali tatap muka,” pungkasnya.[]