Pelopor.id – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, dengan memegang Presidensi G20 terhitung mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022, Indonesia akan menyelenggarakan kurang lebih 150 pertemuan terkait keuangan, iklim, serta ekonomi digital.
Terpilihnya Indonesia, juga merupakan kehormatan bagi bangsa Indonesia. Apalagi, Indonesia adalah negara berkembang pertama yang menjadi Presidensi G20. Pernyataan ini, disampaikan Kepala Negara dalam sambutannya pada Perayaan Hari Ulang Tahun ke-10 Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Tahun 2021, Kamis (11/11/2021) siang.
“Saya tidak ingin mental inferior, mental inlander, mental terjajah ini masih ada yang masih bercokol di dalam mentalitas bangsa kita.”
“Sebuah kehormatan Indonesia untuk menjadi Presidensi, menjadi Keketuaan G20. Dan nanti kita akan menyelenggarakan KTT-nya di Indonesia, di Pulau Bali dan juga di kota-kota lain,” tuturnya.
Selain menjadi Keketuaan dalam Presidensi G20, Presiden juga menyampaikan bahwa Indonesia akan menerima tongkat ketua di ASEAN yang diperkirakan terlaksana pada bulan Oktober atau November tahun 2022.
Dengan dipercayanya Indonesia menjadi pemimpin, Presiden berharap masyarakat Indonesia ikut merasakan kebanggaan yang sama. Masyarakat Indonesia pun harus merasa terhormat di antara negara-negara lain.
“Saya juga ingin, kita semuanya juga ingin, warga negara kita ini juga dihormati, dihargai oleh warga negara lain di manapun WNI kita berada,” sebut Presiden.
Baca juga :
- Jokowi Pimpin Upacara Ziarah Nasional Hari Pahlawan Tahun 2021
- Jokowi Resmikan Sirkuit Mandalika 12 November
Kepala Negara juga menegaskan bahwa mental inferior, inlander, dan terjajah yang masih ada di dalam diri bangsa Indonesia harus dihilangkan.
“Saya tidak ingin mental inferior, mental inlander, mental terjajah ini masih ada yang masih bercokol di dalam mentalitas bangsa kita,” tegasnya.
Menurut Presiden Jokowi, untuk mengatasi mentalitas seperti itu maka masyarakat Indonesia harus mulai membangun rasa percaya diri serta rasa optimisme sebagai bangsa pemimpin.
“Jangan sampai kita kehilangan orientasi itu dan itulah yang dinamakan gerakan perubahan, gerakan restorasi ya di situ,” pungkasnya. []