• Kirim Tulisan
  • Ketentuan
Pelopor
Rabu, Januari 27, 2021
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Internasional
    • Nasional
  • Ekobiz
    • Bisnis
    • Ekonomi
    • Infrastruktur
  • Lifestyle
    • Olahraga
    • Entertainment
    • Teknologi
    • Traveling
  • Khazanah
  • Kolom
    • Opini
    • Rilis
    • Suara Pembaca
  • Indeks
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Internasional
    • Nasional
  • Ekobiz
    • Bisnis
    • Ekonomi
    • Infrastruktur
  • Lifestyle
    • Olahraga
    • Entertainment
    • Teknologi
    • Traveling
  • Khazanah
  • Kolom
    • Opini
    • Rilis
    • Suara Pembaca
  • Indeks
No Result
View All Result
Pelopor
No Result
View All Result
Home Ekobiz

Social Distance, Apa Kabar Kami Pengguna Transportasi Publik?

Rosna by Rosna
19/03/2020
in Ekobiz, Infrastruktur, Kolom, Lifestyle, Opini, Traveling
0
Social Distance, Apa Kabar Kami Pengguna Transportasi Publik?
0
SHARES
22
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Pelopor.id – Covid-19 sudah resmi jadi pandemi. Wabah global. Solidaritas menjadi kata kunci untuk menghadapi pandemi ini.

Status pandemi bukan mengubah status seberapa berbahaya virus, tapi sikap kita semua saat menghadapinya. Tidak boleh meremehkan. Meski tidak boleh juga ketakutan.

Berita Terkait

Sebab, bila tetap bersikap sama, berbagai ahli statistik menunjukkan, grafik eksponensial terjangkit dan kematian yang disebabkan akan benar-benar di luar kendali. Beberapa perhitungan yang dilakukan menghasilkan angka kematian bisa mencapai 3 juta jiwa dalam setahun di Amerika saja.

Angka prediksi lain juga mengatakan jika ada 34 kasus positif terjangkit yang terindentifikasi, sesungguhnya jumlah kasus yang tidak terindentifikasi antara 300-1000 orang.

Social Distance menjadi saran semua pihak sebelum segalanya terlambat. Social Distance berarti memberi jarak pada orang-oramg di ruang sosialnya. Italia sudah menutup kotanya. Denmark juga demikian.

Baru saja Manila menutup kotanya karena kesadaran kurangnya fasilitas kesehatan bila wabah menimpa mereka lebih banyak lagi. Begitu pula Mongolia meski baru 1 korban terjangkit, langsung menutup penerbangannya dari dan ke luar negeri.

Social Distance menjadi salah satu cara ampuh untuk menghadapi grafik eksponensial penyebaran virus. Akses dibatasi. Ruang publik yang menimbulkan keramaian juga dihilangkan. Semua agar otoritas kesehatan fokus pada kasus yang sudah ada dan menjaga agar grafik eksponensial tersebut menurun.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Lockdown dianggap tidak tepat dilakukan karena Indonesia adalah negara kepulauan. Belum lagi efek sosial kepanikan yang ditimbulkan di luar jangkauan kontrol pemerintah. Setidaknya itu hasil diskusi perwakilan pemerintah di Kompas TV dengan Aiman Wicaksono tadi.

Namun, bila itu tidak dilakukan, lalu tidak ada solusi lain?

Bagaimana dengan para pengguna transportasi publik? Saya yang naik KRL dari Citayam ke Juanda terus terang saja merasa panik. Risiko setiap hari selalu ada. Apalagi bila melihat orang batuk pilek di gerbong kereta masih saja tidak memakai masker.

Apalagi Anies Baswedan, yang kali ini saya sepakat, meski banyak pihak bilang dia lebay, mengedepankan sense of crisis dengan melakukan simulasi prediksi risiko transportasi publik. Hasilnya kereta jalur Bogor dianggap paling berisiko.

Setelah viral, baru hari ini dilakukan pula pengecekan suhu di stasiun secara acak dan penyemprotan disinfektan. Mungkin kadang kita butuh orang lebay untuk meningkatkan sense of crisis.

Tapi bukan tenang itu yang penting. Risiko transportasi publik itu harus dikurangi dengan mengurangi jumlah penumpangnya.

Apalagi saya, yang pekerjaannya nggak berhubungan dengan masyarakat secara langsung, hanya banyak kajian dan administrasi yang semuanya sudah bisa memakai aplikasi. Jangan tunggu ada satu pegawai yang terkena, lalu panik melanda.

Bahkan Christiano Ronaldo aja tidak kembali dari Portugal setelah rekannya, Daniel Rugani diidentifikasi positif Covid-19. Sedangkan kita bukan manusia super seperti Ronaldo. Jadi wajar ingin rasa aman, bukan?

Artikel ini adalah tulisan Pringadi Abdi Surya. Tulisan ini telah tayang di Kompasiana dengan judul asli “”. Atau silahkan menuju link asli bisa dilihat disini

Terkait

ShareTweetSendSharePin
Rosna

Rosna

Next Post
Wali Kota Bogor Bima Arya Positif Corona

Wali Kota Bogor Bima Arya Positif Corona

Ingin Bantu Pemerintah Lawan Corona? Yuk Ikut Jadi Volunteer

Ingin Bantu Pemerintah Lawan Corona? Yuk Ikut Jadi Volunteer

Discussion about this post

REKOMENDASI

26/01/2021

25/01/2021

TERPOPULER

  • Paradigma Merdeka Belajar di Era New Normal

    Paradigma Merdeka Belajar di Era New Normal

    375 shares
    Share 3 Tweet 0
  • Kasus Movin Libatkan Dian Rachmawan Sudah Memasuki Proses Hukum

    2 shares
    Share 2 Tweet 0
  • Belajar dari Amru bin Ash dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

    2 shares
    Share 2 Tweet 0
  • Viral Surat Terbuka dari Mahasiswa untuk Presiden Jokowi, Begini Isinya

    10642 shares
    Share 10642 Tweet 0
  • Garap Proyek Tak Sesuai Bidangnya,  Terindikasi Negara Dirugikan oleh Mantan Direktur Telkom

    2 shares
    Share 2 Tweet 0
Pelopor

Pelopor.id adalah sebuah media yang berbasis digital online yang diluncurkan pada 2019 lalu oleh wartawan muda yang tergabung dalam Forum Nasional Jurnalis Indonesia

KATEGORI

ALAMAT

Jl. Balai Pustaka 13. D Rawamangun
redaksi@pelopor.id , pelopor.id212@gmail.com
  • Tentang
  • Iklan
  • Term Of Use
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Cyber

© 2020 Pelopor.id - Pelopor Media Bangsa

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Daerah
    • Internasional
    • Nasional
  • Ekobiz
    • Bisnis
    • Ekonomi
    • Infrastruktur
  • Lifestyle
    • Olahraga
    • Entertainment
    • Teknologi
    • Traveling
  • Khazanah
  • Kolom
    • Opini
    • Rilis
    • Suara Pembaca
  • Indeks

© 2020 Pelopor.id - Pelopor Media Bangsa

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In