Pelopor.id | Jakarta – Ekonomi Rusia telah sangat rusak oleh sanksi dan keluarnya bisnis internasional sejak negara itu menginvasi Ukraina, menurut laporan baru yang dikeluarkan oleh pakar bisnis dan ekonom Universitas Yale.
Meskipun Rusia telah meraih miliaran dolar dari penjualan energi lanjutan dengan harga tinggi, sebagian besar data yang tidak dipublikasikan menunjukkan bahwa mayoritas kegiatan ekonomi domestik Rusia terhenti sejak invasi 24 Februari, menurut laporan tersebut.
“Produksi dalam negeri Rusia terhenti total tanpa kapasitas untuk menggantikan bisnis, produk, dan bakat yang hilang,” kata laporan dari Yale School of Management seperti dikutip AFP.
Laporan itu dibuat oleh Jeffrey Sonnenfeld, presiden Yale Chief Executive Leadership Institute, dan anggota lain dari institut tersebut, gabungan pakar ekonomi dan manajemen bisnis.
Dengan Rusia telah menghentikan atau mengurangi rilis statistik ekonomi resmi, kelompok Sonnenfeld memanfaatkan data yang dimiliki oleh perusahaan, bank, konsultan, mitra dagang Rusia, dan lainnya untuk membangun gambaran kinerja ekonomi Rusia.
Mereka juga melihat Rusia tidak akan mampu mengimbangi dampak sanksi Barat, bahkan jika negara itu mampu memperoleh lebih banyak devisa dari ekspor gas dan minyak.
Tak hanya itu, menurut mereka, ketergantungan negara itu pada Eropa untuk membeli 83 persen ekspor energinya membuat Rusia berada di bawah ancaman jangka menengah yang lebih besar.
Kelompok Sonnenfeld menilai, Rusia jauh lebih bergantung pada Eropa ketimbang Eropa pada Rusia.[]